Sunday 30 October 2016

Memiliki Rumah Dengan Reksadana

Memiliki Rumah Impian dengan Reksa Dana http://republika.co.id/berita/gaya-hidup/tips/16/10/30/ofuvgb328-memiliki-rumah-impian-dengan-reksa-dana

Rekap Data 31 Oktober - 4 Nopember 2016: FOMC, BoE, BoJ, RBA Meeting Dan NFP AS

Analisa Forex Fundamental Mingguan

Sumber : seputar forex

30 Oct 2016 06:44   Martin   16

Slogan kampanye kandidat presiden AS Donald Trump “make America great again” sepertinya terbukti pada data Advance GDP AS kwartal ke 3 yang tumbuh 2.9%, tertinggi dalam 2 tahun terakhir. Namun penguatan USD terhenti karena pada hari yang sama saat data GDP dirilis, biro penyelidik federal AS (FBI) mengumumkan untuk membuka kembali penyelidikan terhadap email pribadi Hillary Clinton, lawan Trump, saat menjabat menteri luar negeri karena diduga kuat ada rahasia negara di dalam surat elektronik tersebut yang sangat rawan untuk diretas. Menurut pendukung Trump, Hillary selaku pejabat pemerintah tidak semestinya menggunakan email pribadi untuk urusan negara.

Pengumuman FBI tersebut hanya berselang sebelas hari menjelang pemilihan umum presiden AS, dan hal ini tentu akan mempengaruhi elektabilitas Hillary Clinton. Pasar yang mengharapkan Hillary menang menanggapi negatif dengan melakukan aksi jual greenback sehingga USD Index minggu lalu terkoreksi dibawah 99, level tertingginya dalam 10 bulan terakhir.

Di Inggris, isu ‘Hard Brexit’ yang akan dilakukan perdana menteri Theresa May membebani Pound Sterling sehingga tidak mampu menguat terhadap greenback meski data GDP Inggris kwartal ke 3 tumbuh lebih besar dari perkiraan pasar, sementara dari kawasan Euro membaiknya inflasi dan indeks kepercayaan bisnis Jerman melambungkan nilai tukar EUR versus USD, JPY, GBP, CHF dan AUD. Inflasi tahunan Jerman bulan Oktober naik 0.8%, tertinggi dalam 2 tahun terakhir, dan indeks kepercayaan bisnis IFO naik ke angka 110.5, tertinggi sejak bulan April 2014.

Minggu ini pasar forex sarat dengan rilis data fundamental penting. Fokus utama adalah statement FOMC yang dirilis usai meeting dan data Non Farm Payrolls (NFP) AS bulan Oktober yang akan dirilis sehari setelah FOMC meeting. Jika tidak ada berita mengejutkan dari FBI terkait skandal email Hillary Clinton, menurut analis Kathy Lien USD akan kembali menguat tajam minggu ini setidaknya hingga rilis data NFP, karena menurut Lien statement FOMC nanti akan hawkish dan optimisme pasar akan kenaikan suku bunga The Fed semakin besar setelah rilis data GDP AS akhir minggu lalu.

Namun demikian menurut kebanyakan analis kemungkinan kenaikan suku bunga bulan Desember nanti juga akan dipengaruhi oleh data NFP bulan Oktober dan Nopember, hasil pemilu presiden 8 Nopember nanti, data penjualan retail dan data inflasi AS bulan Oktober yang akan dirilis 17 Nopember mendatang.

Selain FOMC dan NFP AS, perhatian pasar minggu ini juga akan tertuju pada suku bunga BoE, BoJ dan RBA serta inflasi dan pertumbuhan ekonomi Eurozone. Pasca rilis GDP Inggris kwartal ke 3 minggu lalu yang diatas perkiraan pasar dan inflasi tahunan Inggris bulan September yang naik 1.0% (tertinggi dalam 2 tahun terakhir), BoE diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuan sebesar 0.25% dan juga tidak menambah besaran stimulus.

Sementara itu BoJ yang September lalu mengumumkan kebijakan yield curve control, diperkirakan juga tidak akan mengubah suku bunganya yang -0.1%, namun dengan tingkat inflasi Jepang yang masih -0.5% (terendah sejak April 2013), BoJ diperkirakan akan mempertimbangkan untuk mengundurkan waktu target inflasi yang 2.0%. Demikian juga RBA diperkirakan juga tidak mengubah suku bunganya yang 1.50% pasca rilis data inflasi kwartal ke 3 yang naik 0.7% (tertinggi sejak kwartal ke 2 tahun lalu).

Data dan peristiwa penting lainnya adalah upah rata-rata di AS, BoE Inflation Report, notulen meeting BoE, indeks Manufacturing, Construction dan Services PMI Inggris, indeks ISM Manufacturing dan Non Manufacturing PMI AS, indeks Manufacturing PMI China, data tenaga kerja dan tingkat pengangguran di Canada dan Selandia Baru, GDP Canada, Retail Sales dan perdagangan Australia, Jobless Claims AS dan pidato gubernur BoC Stephen Poloz.

Senin, 31 Oktober 2016:
Jam 06:50 WIB: data Industrial Production Jepang bulan September 2016 (Preliminary)
Jam 07:00 WIB: indeks kepercayaan bisnis Selandia Baru versi ANZ bulan Oktober 2016
Jam 14:00 WIB: data Retail Sales Jerman bulan September 2016
Jam 17:00 WIB: data Consumer Price Index (CPI) Flash Estimate kawasan Euro bulan Oktober 2016
Jam 17:00 WIB: data Flash Gross Domestic Product (GDP) kawasan Euro kwartal ke 3 tahun 2016
Jam 19:30 WIB: data Core Personal Consumption Expenditure (PCE) Price Index AS bulan September 2016
Jam 19:30 WIB: data Personal Spending dan Personal Income di AS bulan September 2016

Selasa, 1 Nopember 2016:
Hari libur bank-bank di Perancis dan Italia (All Saints day)
Jam 08:00 WIB
: indeks Manufacturing PMI dan Non Manufacturing China versi China Federation of Logistics and Purchasing (CFLP) bulan Oktober 2016
Jam 08:45 WIBindeks Caixin Manufacturing PMI China bulan Oktober 2016
Jam 10:00 WIBhasil meeting BoJ: pengumuman suku bunga bulan Nopember 2016 dan statement kebijakan moneter BoJ
Jam 10:30 WIBhasil meeting RBA: pengumuman suku bunga bulan Nopember 2016
Jam 12:00 WIB: BoJ Outlook Report
Jam 13:30 WIBkonperensi pers BoJ yang dihadiri gubernur Haruhiko Kuroda
Jam 16:30 WIBindeks Manufacturing PMI Inggrisbulan Oktober 2016
Jam 19:30 WIB: data GDP Canada bulan Agustus 2016
Jam 21:00 WIBindeks ISM Manufacturing PMI ASbulan Oktober 2016
Waktu tentative: indeks harga Global Dairy Trade (GDT)(Berdampak tinggi pada NZD)
Jam 23:00 WIBpidato gubernur BoC Stephen Poloz

Rabu, 2 Nopember 2016:
Jam 04:45 WIB
: data Employment Change dan tingkat pengangguran Selandia Baru kwartal ke 3 tahun 2016
Jam 07:30 WIB: data Building Permits di Australia bulan September 2016
Jam 09:00 WIB: angka harapan inflasi Selandia Baru kwartal ke 3 tahun 2016
Jam 15:55 WIB: data jumlah pencari kerja dan tingkat pengangguran di Jerman bulan Oktober 2016
Jam 16:30 WIBindeks Construction PMI Inggris bulan Oktober 2016
Jam 19:15 WIB: data Non Farm Employment Change AS versi ADP bulan Oktober 2016
Jam 21:30 WIB: data persediaan minyak mentah untuk industri di AS per 28 Oktober 2016

Kamis, 3 Nopember 2016:
Hari libur bank-bank di Jepang (Culture day)
Jam 01:00 WIBhasil meeting FOMC : pengumuman suku bunga The Fed bulan Nopember 2016 dan statement FOMC
Jam 07:30 WIB: data neraca perdagangan Australiabulan September 2016
Jam 08:45 WIB: indeks Caixin Services PMI China bulan Oktober 2016
Jam 15:00 WIB: data tingkat pengangguran di Spanyol bulan Oktober 2016
Jam 16:30 WIBindeks Services PMI Inggris bulan September 2016
Jam 19:00 WIBhasil meeting BoE: pengumuman suku bunga bulan September 2016, ringkasan kebijakan moneter dan data Asset Purchase Facility bulan September 2016
Jam 19:00 WIBnotulen meeting BoE 3 Nopember 2016
Jam 19:00 WIBBoE Inflation Report
Jam 19:30 WIB: data Jobless Claims AS per 28 Oktober 2016
Jam 21:00 WIB: indeks ISM Non Manufacturing PMI AS bulan Oktober 2016

Jum’at, 4 Nopember 2016:
Jam 07:30 WIB
Monetary Policy Statement RBA
Jam 07:30 WIB: data Retail Sales Australia bulan Agustus 2016
Jam 07:35 WIBpidato gubernur BoC Stephen Poloz
Jam 19:30 WIB: data Non Farm Payrolls AS bulan Oktober 2016
Jam 19:30 WIB: data upah rata-rata per jam di ASbulan Oktober 2016
Jam 19:30 WIB: data tingkat pengangguran di ASbulan Oktober 2016
Jam 19:30 WIB: data neraca perdagangan AS bulan September 2016
Jam 19:30 WIB: data Employment Change dan tingkat pengangguran di Canada bulan Oktober 2016
Jam 19:30 WIB
: data neraca perdagangan Canadabulan September 2016
Jam 21:00 WIB: indeks Ivey PMI Canada bulan Oktober 2016
Jam 21:45 WIB: pidato anggota MPC BoE Kristin Forbes

Wednesday 26 October 2016

CLIMBING DOLLAR EXPECTED TO HIT CEILING

26 October 2016, 15:00

By Ira Iosebashvili

The dollar has its doubters.

The U.S. currency had surged 2.5% in October through Tuesday, on pace for its second-strongest monthly gain of the year, reflecting expectations that the Federal Reserve will raise interest rates in December. October's rise has put the WSJ Dollar Index within striking distance of breaking into positive territory for 2016 for the first time since February.

Yet several signs suggest that the U.S. currency won't rise much further for now. U.S. economic growth is slackening, many investors say, pointing to subpar recent readings in consumer confidence and inflation. The slowdown likely will limit the Fed's capacity to raise rates further next year as necessary for further currency appreciation, analysts say.

Some investors are warning that a nearly six-year dollar bull market is in its last stages. The currency has risen 36% against major rivals since 2011, but the latest gains have been driven almost exclusively by the declines of the British pound, euro and yen. By contrast, the dollar rose against all major currencies except for the Swiss franc last year, and it was the undisputed champion of the foreign exchange markets in 2014, according to Deutsche Bank data.

"After such a big move, you eventually need to wonder when the correction is going to come," said Thomas Flury, head of currency strategy at UBS Wealth Management, which oversees some $2 trillion world-wide. "This rally seems to be coming to an end."

A stalling dollar would have widespread implications. It could ease pressure on U.S. corporate earnings and therefore underpin further stock-market gains. It also could boost prices for oil and other commodities denominated in the U.S. currency, potentially supporting commodity-dependent emerging economies.

At the same time, a weaker dollar could spell trouble for central banks in Europe and Asia, which have fought to boost their economies by keeping their currencies cheap.

One potential warning signal is the U.S. current-account deficit, which has widened in the past two years as the dollar's strength makes U.S. products pricier abroad. The U.S. trade gap stood at 2.6% of gross domestic product in the second quarter, more than 18% higher than 2014. While that figure isn't high by the pre-financial crisis standards, sharp increases often have coincided with peaks in previous dollar bull markets.

"The data in the U.S. has been OK but not spectacular," said Daragh Maher, head of U.S. foreign-exchange strategy at HSBC Holdings PLC. "When you have data that is trundling along sideways, it makes sense that the dollar will go sideways as well."

The dollar is down 1.8% this year, after rising 8.6% in 2015 and 12.5% in 2014.

Many skeptics see parallels with February, when a dollar rise was short-circuited by a broad financial-market retreat that prompted central banks led by the Fed to take an easier stance on stimulus. The amount of money betting on a higher dollar last week climbed to its highest level since February, data from the Commodity Futures Trading Commission showed. That could open the door to a sharp reversal if sentiment changes.

Mr. Flury said he is advising clients to use the rally as an opportunity to take profits. He believes the euro will rise to $1.20 against the dollar in 12 months, from about $1.09 on Wednesday.

"We are skeptical about all of this," Mr. Flury said, regarding the dollar's recent gains.

Other investors remain sanguine. Central banks in Europe, Japan and China are keeping rates near record lows, making the U.S. an attractive destination for investors seeking yield.

Past dollar bull markets typically have turned when the currency has risen about 20% above its purchasing power parity, a broad measure of relative value, according to Deutsche Bank. Despite its big gains, the dollar has risen only 10% above its PPP.

"As long as the U.S. is climbing the interest-rate table rather than falling down, it has been consistent with a stronger dollar," said Alan Ruskin, global head of G-10 currency strategy at Deutsche Bank.

U.S. politics also may be an important factor in determining the dollar's direction, said David Woo, head of global rates and currencies research at Bank of America Merrill Lynch. Fiscal spending in the U.S. likely would boost the economy and lift the dollar, Mr. Woo said.

Most fiscal-policy analysts, however, say major new stimulus is likely only if one party controls Congress and the White House. For now, many forecasters see divided government as the most likely outcome of the Nov. 8 election, with Hillary Clinton winning the presidency while the GOP, with a smaller and more conservative majority, holding on to at least the House of Representatives.

The dollar likely would fall roughly 10% against the euro and yen in a gridlock scenario, Mr. Woo said. Together, the two currencies account for more than 50% of the WSJ Dollar Index.

"I cannot remember a time in recent memory that politics were so important to the dollar," he said.

Write to Ira Iosebashvili at ira.iosebashvili@wsj.com

CORRECTION TO EUROPEAN STOCKS SLIP IN EARLY TRADING STORY

European stocks opened lower Wednesday. "European Stocks Slip in Early Trading," at 0839 GMT, misstated that European stocks opened lower on Thursday in the first paragraph.

EUROPEAN STOCKS SLIP AS U.S. EARNINGS DISAPPOINT -- UPDATE

26 October 2016, 12:10

By Mike Bird

European stocks opened lower Wednesday, following Asian equity markets downward after a string of disappointing earnings reports from large U.S. companies.

The Stoxx Europe 600 index pulled back 0.7% in early European trading, led by a 1% drop in the U.K.'s FTSE 100 index and a 0.8% decline in Germany's DAX.

Energy companies led the fall in European stocks, with the oil & gas sector of the Stoxx 600 down 1.6%, following a dip in crude oil prices.

West Texas Intermediate crude oil fell back below $50 per barrel, down by 1.3% to $49.29. Brent crude prices fell by 1.2% to $50.20.

Consumer confidence data from Germany released early Wednesday morning showed slightly weaker sentiment than expected at 9.7, its lowest reading since June and below the 10 that analysts had forecast.

"Despite somewhat more downbeat outlook for personal finances, consumers assessed that economic prospects had improved, with the relevant indicator rising to the highest level in more than a year," said Mantas Vanagas, economist at Daiwa Capital Markets Europe.

Meanwhile, French consumer sentiment in October, recorded by statistical agency INSEE, showed the joint-strongest confidence level since 2007. The index rose to 98, but is still below 100, the long term average level since 1987.

Asian stocks closed broadly lower, with Hong Kong's Hang Seng down 1%, and China's Shenzhen A-share index down 0.4%. Japanese equities bucked the trend, and the Nikkei 225 index closed up slightly%.

After falling by as much as 1.3% intraday on Tuesday, sterling was largely flat, up 0.1% to $1.221, but down 0.1% to 1.117 against the euro.

"With the terms and conditions of the U.K.'s future trade links still unclear it is too early to rule out further downside risks in sterling," said Geoffrey Yu, head of UBS Wealth Management's U.K. investment office. Mr. Yu believes that sterling could fall to as low as $1.10 temporarily over the next year.

Write to Mike Bird at Mike.Bird@wsj.com

Peringkat Kemudahan Bisnis RI Naik 15 Posisi

Jakarta - Kemudahan menjalankan usaha di Indonesia tercatat semakin meningkat. Tercermin dari laporan Bank Duia (World Bank) berjudul "Doing Business 2017: Equal Opportunity for All". Laporan ini menempatkan Indonesia di posisi 91, naik 15 level dari posisi sebelumnya.

Rodrigo Chaves, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, mengatakan, peningkatan peringkat ini tak lepas dari upaya keras pemerintah dalam melakukan perombakan perizinan.

"Pemerintah Indonesia telah melakukan banyak hal untuk meningkatkan mutu lingkungan usaha bagi sektor swasta, khususnya dalam tiga tahun terakhir," kata dia dalam keterangan yang diterima detikFinance, Rabu (26/10/2016).

Bank Dunia, kata Chaves, menilai bahwa perombakan perizinan yang dilakukan Pemerintah Indonesia mulai dirasakan oleh para pelaku usaha.

Hal ini memberi imbas positif bagi perekonomian Indonesia.

"Komunitas usaha global serta pengusaha lokal akan lebih terdorong dengan semakin mudahnya proses menjalankan usaha di berbagai bidang," tandas dia

http://finance.detik.com/read/2016/10/26/101847/3329645/4/peringkat-kemudahan-berbisnis-ri-naik-15-posisi-ini-kata-bank-dunia

IHSG TURUN DI AKHIR SESI 1

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) masih berada di zona merah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Rabu (26/10/2016).

Di akhir sesi I, IHSG turun 0,11% atau 5,88 poin ke level 5.391,94, setelah dibuka dengan pelemahan 0,19% atau 10,12 poin di posisi 5.387,70.

Sepanjang perdagangan hari ini IHSG telah bergerak pada kisaran 5.381,70 – 5.401,69.

Sebanyak 113 saham menguat, 166 saham melemah, dan 259 saham stagnan dari 538 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Enam dari sembilan indeks sektoral IHSG bergerak negatif dengan tekanan utama dari sektor aneka industri yang melemah 0,60% dan sektor perdagangan yang turun 0,49%.

Adapun, tiga sektor lainnya bergerak positif dipimpin oleh sektor tambang yang melesat 1,97%.

Dalam risetnya, Sinarmas Sekuritas memprediksi IHSG akan bergerak mixed dengan kecenderungan melemah pada perdagangan hari ini.

Prediksi tersebut melihat koreksi beberapa bursa saham global setelah adanya kekecewaaan dari hasil laporan kinerja Apple Inc, perusahaan multinasional AS, yang menunjukkan indikasi pelemahan ekonomi global.

Seperti diberitakan sebelumnya, saham Apple Inc. anjlok 3,1% menyusul laporan penurunan penjualan tahunan untuk pertama kalinya sejak 2001.

Selanjutnya, pasar akan mencermati laporan kinerja keuangan emiten-emiten kuartal III yang ramai dirilis menjelang akhir bulan.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terpantau bergerak stagnan di posisi Rp13.005 per dolar AS pada pukul 12.04 WIB. 

http://market.bisnis.com/read/20161026/7/596080/indeks-bei-26-oktober-masih-terseret-sentimen-global-ihsg-turun-011-di-akhir-sesi-i

IMBAL HASIL GLOBAL TINGGI RUANG PENURUNAN SUN TERBATAS

Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi ruang penurunan imbal hasil surat utang negara (SUN) bakal terbatas pada perdagangan Rabu (26/10/2016).

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan imbal hasil global masih tinggi walaupun tren kenaikannya mulai tertahan. Kenaikan harga minyak juga tertahan menyusul naiknya data persediaan minyak mentah AS.

Walaupun harapan pertambahan stimulus ECB meninggi, imbal hasil obligasi zona Euro belum kembali ke level sebelumnya. Saat ini imbal hasil obligasi Bund Jerman belum kembali ke zona negatif untuk tenor 10 tahun.

Sementara itu, likuiditas rupiah terpantau membaik terlihat penurunan konsisten JIBOR pada berbagai tenor. Selain akibat pemankasan BI RR rate, pertumbuhan uang beredar juga mulai membaik, sejalan dengan pertumbuhan cadangan devisa yang naik.

“Imbal hasil SUN yang naik kemarin menandakan penurunan drastis merespon pemangkasan BI RR rate belum berhasil memicu tren turun yang tajam. Risk appetite asing telihat belum sepenuhnya pulih sehingga membatasi ruang penurunan imbal hasil,” katanya dalam riset.

http://market.bisnis.com/read/20161026/92/596031/pasar-obligasi-imbal-hasil-global-masih-tinggi-ruang-penurunan-sun-terbatas

Kurs 26 Oktober 2016.Rupiah Menguat Tipis

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah dibuka menguat tipis 0,06% atau 8 poin ke 12.997 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu (26/10/2016).

Sebelumnya rupiah ditutup terapresiasi 7 poin atau 0,05% ke level Rp13.005 per dolar AS setelah diperdagangkan pada kisaran  Rp13.001 – Rp13.034 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menilai ruang penguatan rupiah masih ada tetapi sudah sangat terbatas, paling tidak dalam jangka pendek.

Adapun fokus domestik saat ini saat ini tertuju pada inflasi Oktober 2016 yang diperkirakan naik.

Setelah itu, fokus beralih ke angka pertumbuhan PDB kuartal III/2016 yang diperkirakan, baik oleh Pemerintah dan BI, akan di bawah pencapaian kuartal II/2016.

Sementara itu, US Dollar Index yang memantau pergerakan mata uang dolar AS terhadap mata uang utama lainnya terpantau melemah 0,093 poin atau 0,09% ke 98,663 pada pukul 16.02 WIB.

Menguatnya rupiah terjadi di saat mata uang lainnya di Asia Tenggara seluruhnya menguat. Dolar Singapura terapresiasi 0,18%, baht Thailand menguat 0,34%, ringgit Malaysia naik 0,25%, dan peso Filipina menguat 0,04%.

Bagaimana pergerakan rupiah  hari ini? Ikuti lajunya hingga penutupan.


http://market.bisnis.com/read/20161026/93/595961/kurs-rupiah-26-oktober-ihsg-dibuka-penguatan-rupiah-menipis-jadi-4-poin

Ekonomi australia : inflasi kuartal ketiga naik

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga konsumen Australia meningkat pada kuartal ketiga, ditopang oleh lonjakan harga buah-buahan dan listrik. Hal ini mengisyaratkan bahwa bank sentral negara tersebut akan mempertahankan tingkat suku bunganya pekan depan.

Seperti dilansir Bloomberg (Rabu, 26/10/2016), indeks harga konsumen (consumer-price index/CPI) pokok kuartalan naik 0,7%, lebih tinggi dari prediksi rata-rata para Ekonom dalam survey Bloomberg sebesar 0,5%.

Sementara itu, indeks harga konsumen pokok tahunan menguat 1,3%, lebih besar dari angka prediksi dengan kenaikan 1,1%.

Komponen harga buah-buahan melonjak 19,5% dibandingkan dengan kuartal kedua, sedangkan harga listrik dan bahan bakar otomotif masing-masing naik 5,4% dan 2,9%.

Di saat Reserve Bank of Australia (RBA) telah memangkas suku bunganya dua kali tahun ini demi melawan inflasi yang rendah, Gubernur RBA saat ini Philip Lowe mengindikasikan akan menghindari langkah pelonggaran dalam merespon lemahnya pertumbuhan harga.

Alih-alih, dia mengisyaratkan keinginan untuk membiarkan inflasi yang lamban dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran ada di posisi yang solid, seraya menekankan risiko penggelembungan harga aset dari suku bunga pinjaman yang rendah.

Pasca rilis laporan tersebut, pergerakan mata uang dolar Australia diperdagangkan naik ke posisi 0,7689 pada pukul 08.36 WIB setelah dibuka di level 0,7646.

 


http://finansial.bisnis.com/read/20161026/9/596017/ekonomi-australia-inflasi-kuartal-ketiga-naik-07

INDEK SEKTORAL 26 OKTOBER 2016

Bisnis.com, JAKARTA – Sektor finansial menjadi penekan utama terhadap pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada awal perdagangan hari ini, Rabu (26/10/2016).

IHSG hari ini dibuka turun 0,19% atau 10,12 poin di level 5.387,70 dan melemah 0,23% atau 12,31 poin ke level 5.385,51 pada pukul 09.06 WIB.

Pergerakannya kemudian turun 0,11% atau 5,95 poin ke level 5.391,87 pada pukul 09.18 WIB.

Sebanyak 76 saham bergerak menguat, 86 saham bergerak melemah, dan 376 saham stagnan dari 538 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pagi ini.

Lima dari sembilan indeks sektoral IHSG bergerak negatif dengan tekanan utama dari sektor finansial yang melemah 0,55% dan sektor pertanian yang turun 0,36%.

Adapun empat sektor lainnya bergerak positif dengan support utama dari sektor tambang yang menguat 0,79%.

INDEK BEI 26 OKTOBER 2016

Bisnis.com, JAKARTA– Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahannya pada awal perdagangan hari ini, Rabu (26/10/2016).

IHSG hari ini dibuka turun 0,19% atau 10,12 poin di level 5.387,70 dan melemah 0,23% atau 12,31 poin ke level 5.385,51 pada pukul 09.06 WIB.

Pada perdagangan Selasa (25/10/2016), IHSG ditutup dengan pelemahan 0,43% atau 23,18 poin ke level 5.397,82.

Sebanyak 12 saham bergerak menguat, 16 saham bergerak melemah, dan 510 saham stagnan dari 538 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pagi ini.

Delapan dari sembilan indeks sektoral IHSG bergerak negatif dengan tekanan utama dari sektor aneka industri yang melemah 0,74% dan sektor finansial yang turun 0,72%.

Adapun sektor tambang menjadi satu-satunya sektor yang bergerak positif dengan penguatan 0,63%.  

Dalam risetnya, Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi IHSG berpotensi melemah pada perdagangan hari ini, mengikuti bursa global.

Tim riset Samuel Sekuritas memaparkan dari pasar regional Asia, mayoritas bursa utama melemah. Saat ini IHSG masih diwarnai oleh wait and see para investor terhadap rilisnya laporan keuangan.

“Kami prediksikan IHSG hari ini berpeluang terkoreksi mengikuti pelemahan bursa global serta fokus investor terletak pada pengesahan RAPBN 2017 pada sidang paripurna. Rupiah ditutup menguat tipis setelah melemahnya dollar index serta rupiah masih berpeluang menguat di minggu ini,” katanya dalam riset.

Sementara itu, mayoritas bursa AS ditutup melemah setelah data kepercayaan konsumen dibawah ekspektasi dan memicu kembali kekhawatiran atas prospek ekonomi AS.

Sama halnya dengan bursa AS, bursa Eropa ditutup melemah setelah sektor farmasi memimpin pelemahan pasca rilisnya laporan kinerja emiten.

Saat ini fokus investor masih tetap menunggu rilisnya kinerja emiten dan data ekonomi, di tengah spekulasi kenaikan suku bunga pada Desember 2016 serta pelonggaran kuantitatif Bank Sentral Eropa.

Harga minyak ditutup melemah setelah adanya spekulasi bahwa Rusia tidak akan bergabung dengan OPEC untuk menekan pasokan dan stok minyak AS pada October 2016 diprediksi naik.

Sejalan dengan pergerakan IHSG, indeks Bisnis27 juga melemah 0,56% atau 2,67 poin ke 475,70, setelah dibuka turun 0,31% atau 1,50 poin di posisi 476,87.

Sementara itu, pergerakan nilai tukar rupiah terpantau berbalik melemah tipis 0,02% atau 3 poin ke Rp13.008 per dolar AS pada pukul 09.04 WIB.

 

Trading Forex

26 Oktober 2016

Alhamdulillah...
Berita pagi ini untuk AUDUSD..
Australian consumer price index (CPI) yang positif dan mengerek AUDUSD..

Peraturan Menteri ESDM yang diteken Pak Jonan

Jakarta - Sejak diangkat menjadi Menteri ESDM pada 14 Oktober 2016 lalu, terobosan pertama yang dibuat Ignasius Jonan adalah membuatkan payung hukum dalam bentuk Peraturan Menteri (Permen) ESDM, agar PT Pertamina (Persero) bisa mulai berinvestasi di Blok Mahakam pada 2017. Atau setahun sebelum kontrak Total E&P Indonesie dan Inpex di Mahakam berakhir. 

Langkah ini dilakukan, dalam rangka menjaga tingkat produksi di blok penghasil gas terbesar Indonesia itu. Produksi gas Blok Mahakam saat ini mencapai 1.740 MMSCFD dan minyak 69.186 barel per hari (bph).

Tapi Permen ESDM pertama yang dibuat Jonan ini tidak berlaku khusus untuk Pertamina di Mahakam saja. Semua kontraktor yang sedang dalam proses alih kelola blok migas dapat menggunakannya. 

Mulai sekarang, kontraktor yang akan mengambil alih bisa mulai berinvestasi sebelum kontraktor yang masih eksisting angkat kaki. Tetapi hanya sebatas mengeluarkan dana investasi saja, yang mengerjakan tetap kontraktor eksisting hingga berakhirnya masa transisi.

"Jadi ada Permen yang direvisi untuk mengatur masa transisi ini. Diberikan payung hukum pada saat alih kelola, siapa pun yang nantinya melakukan pengelolaan berikutnya boleh berinvestasi pada masa transisi dan dikerjakan oleh existing contractor," papar Dirjen Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja, saat ditemui usai jumpa pers di Kementerian ESDM, Selasa (25/10/2016) malam.

Normalnya, kontraktor baru bisa investasi pada saat sudah menjadi operator. Tapi dengan ketentuan baru dari Jonan, misalnya dalam kasus Pertamina di Mahakam, mereka bisa berinvestasi dalam rangka menjaga tingkat produksi. Sebab, Total dan Inpex tidak akan banyak berinvestasi tahun depan. Kalau tidak ada investasi untuk pengeboran sumur-sumur baru, produksi Mahakam pasti anjlok di 2018.

Pertamina pun dapat mengklaim pengeluaran tersebut sebagai cost recovery (biaya operasi untuk kegiatan produksi migas) yang harus diganti negara. Tanpa adanya Permen ESDM ini, Pertamina tak bisa mengklaim investasi yang dikeluarkannya pada 2017 sebagai cost recovery pada tahun berikutnya.

"Permen ini berlaku umum, semua kontrak yang beralih seperti itu. Bisa untuk blok-blok lain, tidak cuma Mahakam saja. Jadi ada payung hukum, bisa kena cost recovery," tutur Wirat.

Berkat Permen ESDM pertama Jonan ini pula, amandemen Production Sharing Contract (PSC) alias kontrak bagi hasil Blok Mahakam yang memuat ketentuan baru soal masa transisi dapat ditandatangani oleh Pertamina dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

"Makanya amandemen kontrak ini bisa ditandatangani, payung hukumnya sudah ada. Tapi saya lupa nomor Permen-nya," Wirat menambahkan.

Rencananya, Pertamina akan menggelontorkan dana sebesar US$ 180 juta atau setara dengan Rp 2,34 triliun untuk pengeboran 19 sumur di Blok Mahakam tahun 2017. Tapi Pertamina hanya mengeluarkan dana saja, pengeboran dilakukan oleh Total. 

Diharapkan tingkat penurunan produksi (decline) Blok Mahakam pada 2018 bisa ditahan menjadi hanya 12-18% saja dengan adanya pengeboran 19 sumur baru itu. "Kita harapkan decline tidak terlalu besar, bisa ditahan di sekitar 12-18%," tutupnya.

http://finance.detik.com/read/2016/10/26/070934/3329469/4/2-minggu-jadi-menteri-esdm-ini-aturan-pertama-yang-diteken-jonan

Tuesday 25 October 2016

NORGES BANK MEETING COULD TRIGGER NOK STRENGTH -- MARKET TALK

25 October 2016, 14:49

1149 GMT The Norges Bank is likely to keep rates on hold at Thursday's monetary policy meeting, Nordea says. There will be no new rate path, but the press release will probably indicate that Norges Bank has not changed view significantly, it adds. "That should be fairly neutral to forward interest rates, but could trigger some NOK strengthening." EUR/NOK trades at 8.9832. (dominic.chopping@wsj.com)

Contact us in London. +44-20-7842-9464 markettalk@wsj.com

US CB Consumer Confidence

I found this article for you: United States CB Consumer Confidence For the full story: http://www.investing.com/economic-calendar/cb-consumer-confidence-48 To download the Investing App http://bit.ly/InvApp

Oil Demand Likely To Fall In 2017

I found this article for you: Oil Demand Likely To Fall In 2017 As Prices Struggle For the full story: http://www.investing.com/analysis/oil-demand-likely-to-fall-in-2017-as-prices-struggle-200160516 To download the Investing App http://bit.ly/InvApp

U.S. Dollar Holds Its Strength, USD/CAD Chalks 7-Month High -- Asia Daily Forex Outlook

By Trading Central 
 
SINGAPORE--Following are expected trading ranges and outlooks for nine major currency pairs in Asia today:
 
          Immediate Range  Larger Range 
 
USD/JPY   103.75-104.50   103.50-104.85 
EUR/USD   1.0855-1.0915   1.0830-1.0950 
AUD/USD   0.7580-0.7650   0.7550-0.7675 
NZD/USD   0.7095-0.7175   0.7075-0.7205 
GBP/USD   1.2175-1.2255   1.2145-1.2285 
USD/CHF   0.9915-0.9970   0.9895-1.0000 
USD/CAD   1.3255-1.3425   1.3215-1.3470 
EUR/JPY   112.80-113.90   112.55-114.15 
EUR/GBP   0.8880-0.8925   0.8850-0.8955 
 
(Ranges are calculated using recent high and lows, information on the placement of option strikes, and technical analysis - Fibonacci levels, trendlines and moving averages.)
 
On Monday, U.S. stocks posted gains as investor sentiment was boosted by strong corporate earnings and a wave of corporate mergers and acquisitions. Technology shares were market leaders. The Dow Jones Industrial Average climbed 77 points (+0.4%) to 18,223, the S&P 500 added 10 points (+0.5%) to 2,151, while the Nasdaq Composite was up 52 points (+1.0%) to 5,309.
AT&T fell 1.7% and Time Warner was down 3.1% as investors doubted if their combination would be approved by regulators. Meanwhile, T-Mobile US jumped 9.5% to $51.19, the highest level since August 2007, after the company raised its full-year earnings forecast.
Rockwell Collins shed 6.2% after announcing that it would purchase B/E Aerospace, which surged 16.4%, for $6.4 billion plus the assumption of $1.9 billion in debt.
European stocks were mixed with the STOXX Europe 600 being little changed at close. Philips climbed 4.4% after reporting that third-quarter profit increased 14% on year. Banca Monte dei Paschi di Siena soared 28.3% as investors awaited a new business plan from the Bank's chief executive. Germany's DAX rose 0.5%, the U.K.'s FTSE 100 declined 0.5% and France's CAC was up 0.4%.
U.S. government bonds saw renewed selling pressure as the benchmark 10-year U.S. Treasury yield fell to 1.763% from 1.740% Friday.
Oil prices were under pressure on reports that Britain will soon restart its Buzzard oilfield in the North Sea and that Iraq requested exemption from OPEC production cuts. Nymex crude declined 0.7% to $50.52 a barrel.
Gold edged down to $1,264 an ounce (day-low at $1,260) from $1,265 Monday, while silver increased 0.5% to $17.56 an ounce (day-high at $17.88).
The U.S. dollar remained firm with no weakness in sight as expectations of the Federal Reserve raising interest rates in December grew. In fact, St. Louis Federal Reserve President James Bullard pointed out that an interest rate in December is most likely. Also, Chicago Federal Reserve President Charles Evans said the central bank could up rates three times by the end of 2017.
The ICE U.S. Dollar Index inched 0.1% higher to 98.756, a fresh high since February.
The euro failed to cross above the 1.0900 level to the U.S. dollar and closed little changed at 1.0880.
The British pound marked a session-low of 1.2182 against the U.S. dollar but managed to settle at 1.2235, a hair up from 1.2233 in the previous session. Traders are watching closely Britain's GDP report to be released on Thursday, which will be the first reading of how the broad economy has performed since the Brexit vote in June.
Meanwhile, USD/JPY re-held the 104.00 handle as it gained 0.4% to 104.17. The pair appears to benefit from a plenty supply of upward momentum.
Trading in the Canadian dollar was rather choppy. USD/CAD chalked a fresh seven-month high at 1.3397, but swiftly reversed course to the downside after Bank of Canada Governor Stephen Poloz commented that the decision on whether to cut rates further is not one to take lightly. The pair ended the session at 1.3285, down 0.4% on day. However, this morning, it rebounded up to 1.3363.
AUD/USD rebounded 0.1% to 0.7609 overnight snapping a two-day losing streak, while NZD/USD dropped a further 0.4% posting the third straight losing day.
 
USD/JPY Intraday: Further advance. The pair is trading above its rising 20-period and 50-period moving averages, which are playing support roles and maintain the upside bias. The relative strength index is above its neutrality level at 50 and lacks downward momentum. Additionally, 103.75 is playing a key support role, which should limit the downside potential. As long as 103.75 is support, look for a further upside toward 104.50 and 104.85 in extension. Below 103.75, look for further downside with 103.50 and 103.15 as targets.
 
EUR/USD Intraday: The downside prevails. The pair broke below its 20-period and 50-period moving averages, which act as resistance roles now. Meanwhile, the 20-period moving average crossed below the 50-period one, which is negative. The relative strength index is below its neutrality level at 50 and lacks upward momentum. Additionally, 1.0915 is playing a key resistance role, which should limit the upside potential. As long as 1.0915 holds on the upside, look for a further drop toward 1.0855 and 1.0830 in extension. Above 1.0915, look for further upside with 1.0950 and 1.0985 as targets.
 
AUD/USD Intraday: Towards 0.7580. The pair stays below its key resistance at 0.7650, and remains under pressure. At the same time, the relative strength index is below its neutrality area at 50 and lacks upward momentum. In conclusion, as long as 0.7650 is not surpassed, a break below 0.7580 is likely. Alternatively, above 0.7650, look for further upside with 0.7675 and 0.7700 as targets.
 
NZD/USD Intraday: The downside prevails. The technical picture of the pair is bearish below its declining 20-period and 50-period moving averages, which act as resistance roles and maintain the downside bias. The relative strength index is below its neutrality level at 50 and lacks upward momentum. Additionally, the 0.7175 represents a significant key resistance level, which should limit the upside potential. As long as the key level at 0.7175 holds on the upside, look for a further drop toward 0.7095 and 0.7075 in extension. Above 0.7175, look for further upside with 0.7205 and 0.7230 as targets.
 
GBP/USD Intraday: Key resistance at 1.2255. The pair is trading around its 20-period and 50-period moving averages, which are flat and do not show any clear directions. The relative strength index is around its neutrality level at 50. Nevertheless, 1.2255 is playing a key resistance role, which should limit the upside potential. As long as this key level is not broken, we keep our negative view unchanged with down target at 1.2175. A break below this level would call for a further drop toward 1.2145. Above 1.2255, look for further upside with 1.2285 and 1.2320 as targets.
 
USD/CHF Intraday: Rebound. The pair is trading above its 20-period and 50-period moving averages, while the 20-period moving average is turning up. The relative strength index is above its neutrality level at 50 and lacks downward momentum. Additionally, 0.9915 is playing a key support role, which should limit the downside potential. As long as this key level is not broken, look for a further upside toward 0.9970. A break above this level would call for a further advance toward 1.0000. Below 0.9915, look for further downside with 0.9895 and 0.9870 as targets.
 
USD/CAD Intraday: Choppy. The pair is posting a pullback and is consolidating around its 20-period and 50-period moving averages. Meanwhile, the 20-period moving average still stays above the 50-period one, and the relative strength index lacks downward momentum. Therefore, as long as 1.3255 is not broken below, further bounce is expected with 1.3425 and 1.3470 as the next targets. Only a break below 1.3255 will call for further drop to 1.3215 and 1.3175 in extension.
 
EUR/JPY Intraday: Further upside. The pair is reversing up and stays above its 50-period moving average. Meanwhile, the 20-period moving average has also crossed above the 50-period one, and the relative strength index is above 50. As long as 112.80 is not broken down, further bounce is preferred with 113.90 and 114.15 as targets. Alternatively, if the pair breaks below 112.80, a drop toward 112.55 and 112.20 is likely.
 
EUR/GBP Intraday: Watch 0.8880. The pair remains under pressure below its horizontal resistance at 0.8925, and has been capped by the 20-period and 50-period moving averages. Meanwhile, the relative strength index is still below 50. As long as 0.8925 holds as the key resistance, the risk of a break below 0.8880 remains high. Alternatively, a break above 0.8925 would call for a rise toward 0.8955 and 0.8980 in extension.
 
Any opinion offered herein reflects Trading Central's current judgment and may change without notice. This content is provided in general terms and does not take account of or address any individual user's position. Nothing contained in this publication constitutes personalized investment advice. To the extent that this article includes suggestions as to various possible investment strategies which users might consider, it does so in only general terms without reference to the personal factors which should determine any user's investment decisions; any investment decisions and associated risks are the sole responsibility of the user. The content doesn't reflect the opinion or judgment of Dow Jones, which does not warrant the accuracy, completeness or timeliness of the information in this article, and any errors shall not be made the basis for any claim against Dow Jones. This article does not constitute or form part of any invitation or inducement to buy or sell any security. The author has pledged not to invest in the instruments or markets cited in this article.
 
 
(END) Dow Jones Newswires

Asia Shares Weighed Down by Weak S Korean Data

25 October 2016, 05:49
   By Willa Plank 
Asian markets were mixed Tuesday following the release of data pointing to a South Korean slowdown.
South Korea gross domestic product grew 2.7% year-on-year in the third quarter, down from a 3.3% gain in the prior three-month period, according to preliminary data from the Bank of Korea. Business investment declined in the country amid frail private consumption and weak exports.
Analysts said that without brisk housing construction--made possible by cheap bank loans and easier mortgage rules supported by financial authorities-- Korean growth would have slowed further.
"Low productivity is prevalent, in particular in the services sector and among small and medium-sized enterprises," Fitch Ratings said in a report about the South Korean economy.
Korea's Kospi was down 0.8%. Both the Hang Seng Index and the Shanghai Composite were down about 0.2%.
Chinese stocks slipped Tuesday, as a yuan decline countervailed gains by resource stocks. Beijing on Tuesday set the onshore yuan against the greenback at 6.7744, down 0.08% from Monday, to a fresh six-year low. This fueled fresh concerns that the currency was on a sustained depreciation path.
However, Chinese coal and steel shares were gaining, as analysts expected that more and more coal mines and steel mills would turn profitable as Beijing aggressively cuts capacity in those sectors.
Meanwhile, Japan's Nikkei was up 0.7% and Australia's S&P/ASX 200 gained 0.6%.
Japanese stocks were up after solid U.S. manufacturing data increased speculation about a U.S. rate increase in December, which boosted the dollar against the yen.
The Markit flash U.S. manufacturing purchasing managers' index rose to 53.2 in October from 51.5 in September.
"We're back at that sanguine environment," said Chris Weston, chief market strategist at IG. "The barriers for a December [U.S. Fed rate] hike are very low," he said.
A cheap yen is good for Japan's exporters, as it makes their good more competitive internationally.
Auto and financial stocks led the Japanese market higher. Motor maker Nidec was up 4.8%, Mazda Motor was up about 3% and Sumitomo Mitsui Trust gained 3%. Kyushu Railway made its debut on the Tokyo Stock Exchange on Tuesday with its shares climbing 20% compared to the initial public offering price in the first 15 minutes of trading.
 
--Kwanwoo Jun, Kosaku Narioka, Yifan Xie contributed to this article.
 
Write to Willa PLank at willa.plank@wsj.com 

New Zealand Dollar Steady; Focus on RBNZ

25 October 2016, 07:48
 
   By James Glynn 
 
SYDNEY--The New Zealand dollar ended little changed in Asia Tuesday as traders focused on the next central bank policy meeting in mid-November.
At 0430 GMT, the New Zealand dollar was trading at US$0.7145, down slightly from US$0.7150 at the same time Monday.
Bets on a rate cut in November remain strong. Interest rate futures markets Tuesday implied about 30 basis points of cuts over the next year.
Economists are, however, debating whether a cut next month might be the last for the Reserve Bank of New Zealand in the current cycle.
ANZ said it removed a forecast for a second interest rate cut after the one that is likely in November, which was penciled in for early 2017.
"There are certainly still reasons why the RBNZ could get dragged back to easing, but when balanced against strong domestic growth, emerging capacity strains, rising domestic inflation pressures and some signs of a turn in the global inflation cycle," additional rate cuts have become harder to justify, ANZ added.
The Reserve Bank of New Zealand also announced changes to the way it will forecast interest rates in each policy statement, but stressed the change will have no impact on decision making at the central bank.
Starting in November, the RBNZ will no longer provide forecasts for 90-day bank bills. Instead it will provide a forecast track (similar to the U.S. Federal Reserve's so-called dot points) for the benchmark interest rate.
The RBNZ no longer has confidence that movements in the bank bill rate reflect the path of its benchmark rate over time. The change will have no impact on the actual setting of rates, said Annette Beacher, head of Asia-Pacific economic analysis at TD Securities.
 
-Write to James Glynn at james.glynn@wsj.com 

USD/JPY Struggling on Upside, Capped Below 104.50 -- Market Talk

25 October 2016, 07:56
 
0456 GMT [Dow Jones] The USD/JPY is struggling to gain further at 104.38, as the pair is capped just below 104.50. The USD/JPY was heading toward the recent high of 104.63 set on Oct. 13. But, "everyone is cautious," as investors are fresh from the U.S. dollar's quick falloff about two weeks ago, says Yuzo Sakai, manager of FX business promotion at Tokyo Forex & Urda Harlow. Two weeks ago, the pair briefly touched 104.63 but then lost more than 1%, with investors quickly swinging back to the safety of the yen on disappointing Chinese export data. "I think investors have found it difficult to buy from where they are now," says Sakai. (hiroyuki.kachi@wsj.com) 

Monday 24 October 2016

TREASURY YIELDS TICK UP ON MANUFACTURING DATA -- MARKET TALK

24 October 2016, 17:03

10:03 ET - The bond market is now under a bout of mild selling pressure. Higher US stocks and an upbeat manufacturing release cause small uptick in yields. US Markit flash manufacturing PMI rose to 53.2 in October from 51.5 at the end of September. The 10-year yield briefly topped above 1.8% but has since pulled back. Next week's FOMC and jobs report are key for yields. The yield on the 10-year note was 1.751% vs 1.74% Friday. (min.zeng@wsj.com; @minzengwsj)

(END) Dow Jones Newswires

October 24, 2016 10:03 ET (14:03 GMT)

Copyright (c) 2016 Dow Jones & Company, Inc.

CME FINANCIALS VOLUME AND OPEN INTEREST

- OCT 24 24 October 2016, 17:41 For previous business day. Open Interest subject to revision. Source: CME Group NOTE: Total volume includes Globex and RTH. Source: CME Group Total Open Volume Interest Change EURODOLLAR FUTURES NOV 16 41,777 178,590 -8,123 DEC 16 269,062 1,676,174 2,858 JAN 17 3,916 13,632 1,628 FEB 17 0 377 0 MAR 17 134,784 1,323,684 8,993 JUN 17 119,824 1,285,314 -3,254 SEP 17 114,774 1,000,724 2,305 DEC 17 139,948 1,500,961 -1,236 MAR 18 95,536 719,296 -1,306 JUN 18 80,166 567,840 207 SEP 18 69,471 430,567 3,904 DEC 18 61,251 685,858 1,885 MAR 19 48,517 430,440 -1,130 JUN 19 43,078 411,395 1,997 SEP 19 41,359 293,628 -3,080 DEC 19 32,969 356,720 1,202 MAR 20 27,790 152,697 -1,700 JUN 20 18,241 116,041 1,503 SEP 20 15,879 101,465 189 DEC 20 13,170 119,074 565 MAR 21 13,891 62,239 1,682 JUN 21 11,184 66,003 327 SEP 21 9,809 38,049 368 DEC 21 999 19,672 -28 MAR 22 1,200 13,291 278 JUN 22 1,017 7,235 82 SEP 22 1,035 6,468 -92 DEC 22 39 6,768 13 MAR 23 45 6,332 -31 JUN 23 24 1,875 20 SEP 23 41 2,511 23 DEC 23 0 818 0 MAR 24 0 1,615 0 JUN 24 0 973 0 SEP 24 0 760 0 DEC 24 0 931 0 MAR 25 0 334 0 JUN 25 0 314 0 SEP 25 0 212 0 DEC 25 0 117 0 MAR 26 0 168 0 JUN 26 0 108 0 SEP 26 0 3 0 TOTALS 1,410,796 11,601,273 10,049 1 MONTH EURODOLLAR FUTURES NOV 16 0 567 0 DEC 16 0 321 0 JAN 17 0 241 0 FEB 17 0 14 0 TOTALS 0 1,143 0

DOLLAR RISES AFTER MANUFACTURING REPORT

The dollar ticked higher Monday after an upbeat report on the U.S. manufacturing sector. The WSJ Dollar Index, which measures the U.S. currency against 16 others, was up 0.1% to 88.65. The dollar rose against the Japanese yen but remained weaker against many emerging-market currencies. The dollar has rallied in recent weeks as investors have grown more optimistic that the Federal Reserve will raise interest rates this year. Higher rates tend to boost the dollar by making the currency more attractive to yield-seeking investors. The dollar was boosted Monday by a report signaling that growth in the U.S. manufacturing sector rebounded in October. IHS Markit's manufacturing index climbed to 53.2 in October from 51.5 in September as new order growth hit a one-year high. Investors are also watching speeches Monday from several central bank officials including Fed governor Jerome Powell for new clues on the prospect of higher U.S. rates. Fed-funds futures, a popular tool for betting on central-bank policy, show that investors assign a 74% likelihood of a rate increase in December, according to CME Group data. That's up from about 60% at the start of the month. Emerging-market currencies, seen as vulnerable to higher U.S. borrowing costs, reclaimed some ground against the dollar. The dollar fell 0.1% against the Mexican peso, 0.9% against the Brazilian real and 0.2% against the Turkish lira. The Chinese central bank fixed the yuan 0.2% weaker against the U.S. dollar. The yuan has been trading at six-year lows against the dollar in recent sessions, reviving fears about devaluation and capital outflows from the country. Brad Bechtel, a currency strategist at Jefferies Group, says the concerns seem "a little overdone." Mr. Bechtel wrote in a note to clients that the yuan has been relatively stable against other trading partners and "some devaluation against its largest trading partner does indeed help it economically." --Ese Erheriene contributed to this article. Write to Chelsey Dulaney at Chelsey.Dulaney@wsj.com (END) Dow Jones Newswires October 24, 2016 10:43 ET (14:43 GMT)

Perhatikan Saat Mencari Mitra Bisnis

http://manajemen.bisnis.com/read/20161010/56/590980/kiat-sukses-perhatikan-hal-ini-saat-mencari-mitra-bisnis

Ketika Anda akan membuat sebuah start-up, seorang partner bisnis atau co-founder yang tepat bisa menjadi faktor yang menentukan sukses nya start-up Anda. Partner bisnis berperan penting dalam men-support bisnis dengan keterampilan yang dibutuhkan.

Selain itu, co-founder adalah orang yang bisa pertama kita tuju saat ingin membagi tugas-tugas perusahaan atau 'stres' bisnis sehari-hari. Bahkan, co-founder dapat menambah koneksi sekaligus meningkatkan peluang bisnis. Lalu, bagaimana cara memilih seorang co-founder yang tepat untuk start-up kita? Berikut ulasannya.

1.Dua lebih baik dari empat?
Menurut Neil Patel, seorang pengusaha asal Amerika yang dikenal sebagai salah satu orang paling berpengaruh di jaringan internet versi The Wall Street Journal, dua orang (termasuk Anda) adalah angka yang ideal untuk berpartner dalam bisnis start-up.

Semakin banyak jumlah pendiri sebuah perusahaan atau start-up, maka resiko perselisihan di antara para 'founder' pun semakin meningkat. Akibatnya, kerja tim akan menjadi lebih lambat, khususnya dalam mengambil keputusan-keputusan yang strategis bagi perusahaan.

2.Lingkungan sekitar
Kepercayaan adalah faktor penting untuk membangun kerjasama. Oleh karena itu Anda bisa mulai mencari partner dari orang yang sudah Anda kenal dekat, misalnya teman, keluarga, atau mantan rekan kerja.

Lebih lanjut, saat memilih orang-orang terdekat sebagai partner bisnis, Anda sebaiknya menentukan target bisnis sejak awal. Hal ini diperlukan agar hubungan bisnis dan pertemanan bisa dijaga dari awal. Menentukan bagian, tanggung jawab, dan waktu kerja masing-masing juga menjadi prioritas pertama saat memilih partner bisnis dari orang-orang terdekat.

3.Uji kecocokan terlebih dulu
Ketika sudah menemukan partner yang tertarik dengan ide bisnis Anda, jangan terburu-buru menjatuhkan pilihan. Kenali lebih dalam calon partner Anda. Caranya, Anda bisa saling berdiskusi dan berupaya memecahkan masalah dalam lingkup bisnis. Anda bisa memperhatikan caranya merespon situasi dan dilema yang sulit, juga bagaimana dia bereaksi terhadap pernyataan atau opini Anda yang bertentangan. 

Mengenali pola pikir dan metode kerja si rekan bisnis dapat membantu Anda dalam memprediksi sikapnya ketika sudah bergabung dengan perusahaan Anda nantinya.

4. Yang satu 'mengelola, satu lagi 'menjual'
Idealnya Anda perlu mencari partner yang dapat melengkapi kekurangan Anda. Misalnya, apabila Anda adalah seorang desainer grafis, Anda bisa mencari partner yang menguasai bidang pemasaran atau humas.

Dengan kata lain Anda adalah si 'pengelola' yang bertugas mengembangkan produk dan layanan, sementara partner Anda adalah si 'penjual' yang sibuk memasarkan produk-produk tadi ke pelanggan. Cara ini dapat membuat Anda dan partner fokus ke spesialisasi masing-masing tanpa harus khawatir kebutuhan bisnis lain terbengkalai.

5. Tahu kapan harus mengakhiri
Terkadang seorang pengusaha hebat pun masih bisa salah dalam memilih partner bisnis. Oleh karena itu, apabila performa partner yang Anda pilih tidak sesuai dengan harapan, opsi mengakhiri hubungan bisnis bisa menjadi solusi.

Guna menghindari hal-hal buruk saat mengakhiri hubungan dengan partner bisnis, sebaiknya sebelum memulai bisnis dan membagi saham perusahaan pertimbangkan dulu saham yang 'pas' untuk partner Anda. Perjanjian mengenai pembagian saham apabila salah salah satu pemilik memutuskan untuk mundur pun harus jelas. Sebab, di dunia bisnis Anda tidak akan pernah tahu kapan Anda dan partner bisnis akan berbeda pendapat lagi.

Cara Jitu Memulai Bisnis

http://manajemen.bisnis.com/read/20161024/56/595241/kiat-sukses-cara-jitu-untuk-memulai-berbisnis

Sekarang banyak karyawan yang mulai menjadi pengusaha, baik itu skala kecil maupun besar. Namun seringkali orang-orang tidak tahu bagaimana cara memulai usahanya. 
Berikut tipsnya:

1.Fokus pada satu peluang bisnis
Ada banyak peluang yang dapat diambil, mungkin Anda akan bingung dalam memilih satu peluang yang akan dikembangkan. Sehingga banyak orang yang malah mencoba untuk mengembangkan banyak peluang dalam waktu yang bersamaan yang dapat membuat gagalnya bisnis karena semuanya tidak bisa dihandle sekaligus. Lebih baik pilih satu peluang, agar Anda dapat lebih mencurahkan ide Anda dan fokus pada bisnis yang Anda jalankan.

2.Kuasai pengetahuan tentang bisnis Anda
Dalam tahap awal sebuah usaha, jarang ada investor yang mau menyuntikan dananya. Namun jangan khawatir karena kesempatan itu bisa datang kapanpun, jadi Anda harus betul- betul menguasai segalanya tentang bisnis yang Anda jalankan dan selalu siap menjelaskan dengan detail. Hal ini dimaksudkan agar membuat investor yakin bahwa ia menaruh uangnya di tangan yang tepat.

3.Selalu mau belajar dari orang lain
Bagi Anda yang baru masuk kedalam dunia bisnis. Anda perlu berkonsultasi dengan orang lain yang lebih ahli dibidang bisnis seperti mentor, teman, atau orang sukses lainnya, Anda dapat mengambil pelajaran dari apa yang sudah dilakukannya. Pilihlah mentor, teman atau orang yang sudah sukses menjadi penasehat Anda, tempat Anda berdiskusi tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk sukses. Lebih banyak mendengar akan lebih baik daripada lebih banyak berbicara.

4.Belajar dari kegagalan
Seringikali orang yang mengalami kegagalan akan menyerah atau putus harapan. Tapi bagi seorang pengusaha yang ingin sukses, kegagalan adalah guru terbaik dimana Anda akan belajar menjadi lebih baik lagi.

5.Buktikan dengan tindakan, bukan dengan kata-kata
Perhatikan apa yang Anda katakan. Katakan hal yang mampu Anda lakukan, jangan terlalu banyak bicara tapi Anda tidak bisa berbuat apa-apa. Buktikan dengan melakukan tindakan karena dengan bertindak, orang akan lebih bisa menilai hasil kerjamu.

Top Gainer 24 Oktober 2016

http://market.bisnis.com/read/20161024/7/595384/top-gainers-saham-bank-maybank-indonesia-melonjak-2453-persen-investor-hitung-cuan

Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham PT Bank Maybank Indonesia Tbk. menguat paling signifikan pada perdagangan hari ini, Senin (24/10/2016).

Saham emiten perbankan berkode BNI ini ditutup meroket 24,53% atau 78 poin ke Rp296 per lembar saham.

Adapun IHSG ditutup menguat 0,22% atau 11575poin di level 5.421,00 pada perdagangan hari ini setelah dibuka dibuka menguat tipis 0,12% atau 6,23 poin di 5.415,48.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 5.411,88 - 5.433,34.

Dari 538 saham yang diperdagangkan, sebanyak 187 saham menguat, 104 saham melemah, dan 247 saham stagnan.

Top Loser 24 Oktober

http://market.bisnis.com/read/20161024/7/595387/top-losers-24-oktober-dua-saham-catat-penurunan-paling-signifikan

Bisnis.com, JAKARTA – Dua emiten mencatat penurunan harga saham paling signifikan pada perdagangan hari ini, Rabu (19/10/2016).

Kedua saham tersebut adalah PT Indo Kordsa Tbk. (BRAM) dan PT Verena Multi Finance Tbk (VRNA)yang melemah masing-masing 10%.

Saham BRAM Melemah 675 poin ke level Rp6.075 per lembar saham, sedangkan saham VRNA melemah 15 poin ke Rp135 per lembar saham.

Adapun IHSG ditutup menguat 0,22% atau 11575poin di level 5.421,00 pada perdagangan hari ini setelah dibuka dibuka menguat tipis 0,12% atau 6,23 poin di 5.415,48.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 5.411,88 - 5.433,34.

Dari 538 saham yang diperdagangkan, sebanyak 187 saham menguat, 104 saham melemah, dan 247 saham stagnan.

 

Saham apa saja yang menjadi top losers dalam perdagangan Bursa Efek Indonesia hari ini? Berikut rinciannya:

Kode

Harga (Rp)

(%)

BRAM

6.075

-10

VRNA

135

-10

KBLM

312

-9,83

SAFE

103

-9,65

HDFA

214

-8,55 

 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2016

Reformasi Birokrasi : eselon akan dipangkas satu tingkat

http://kabar24.bisnis.com/read/20161024/15/595503/reformasi-birokrasi-eselon-di-pns-akan-dipangkas-satu-tingkat

Bisnis.com, SUMEDANG - Pemerintah memastikan adanya efisiensi satu tingkat eselon dalam tataran pegawai negeri sipil, dan menerapkan skema dinas tukar wilayah demi mewujudkan reformasi birokrasi.

Hal itu disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat menghadiri Seminar Nasional Temu Administrator Muda Indonesia Universitas Padjadjaran 2016 di Jatinangor, Jawa Barat, Senin (24/10/2016).

“Masalah harus diperkecil, maka sekarang dalam tahap pemikiran untuk mengurangi eselon satu [tingkat] di pemerintahan,”ujarnya dalam pidato.

Untuk sementara, sebutnya, level eselon akan dikurangi dari saat ini empat tingkat menjadi tiga tingkat. Selanjutnya, bahkan hanya akan ada dua level eselon di masa mendatang.

Pemangkasan level eselon tersebut dilakukan agar masyarakat memperoleh layanan yang lebih sederhana. Intinya, kebijakan bertujuan untuk meminimalisir masalah pemerintahan sehingga reformasi birokrasi dapat terwujud.

Terkait efisiensi jumlah PNS, pemerintah akan melakukan pengurangan pegawai secara alamiah dalam kurun waktu delapan tahun. Nantinya, rekrutmen calon PNS hanya akan berjumlah separuh dari total PNS yang akan pensiun.

“Aparat pemerintahan harus lebih ramping. Kenapa? karena produktivitas, akses lebih cepat, dan memang berlebihan [jumlah PNS],”ungkapnya.

Selain persoalan kuantitas PNS, Wapres Kalla juga menyoroti kinerja pemerintahan. Dia meminta aparat dan calon aparat harus lebih fleksibel dan cekatan dalam bekerja.

Tahun depan, pemerintah harus menggunakan layanan electronic goverment (e-goverment) sehingga masyarakat bisa mengakses layanan secara langsung.

“Artinya tidak perlu banyak arsip, semua langsung berhubungan layaknya smart city. Artinya administrator tanpa teknologi itu nothing,” tegasnya.

Akibat sistem otonomi daerah, selama 15 tahun terakhir terjadi pengkotakan kinerja sekaligus sekat budaya dalam pemerintahan karena pegawai yang berasal dari satu daerah tak dapat bekerja di daerah lain.

Hal itu dinilai Wapres sebagai fase yang membahayakan karena tak terjadi pembelajaran antarbudaya. Ke depan, pemerintah berencana mengubah mekanisme kinerja PNS yang bisa dipindahkan dan tak terpaku pada daerah asal agar menjadi perekat nasional.

“Aturan akan kami bongkar ulang jadi nanti eselon I misalnya bisa dipindahkan sehingga budaya nasional terjaga. Jadi orang yang berpengalaman di sini [Jawa Barat] bisa menjadi kepala dinas di Sumatra,” paparnya.

Kebijakan Pangkas subsidi hingga permudah bisnis

http://finance.detik.com/read/2016/10/24/201618/3328354/4/kebijakan-jokowi-pangkas-subsidi-hingga-permudah-bisnis-dinilai-sudah-tepat

Jakarta - Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) mengeluarkan laporan tentang perkembangan ekonomi terkini tentang Indonesia. Organisasi ini menilai langkah yang diambil pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah tepat.

Demikianlah diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal OECD, Angel Gurria, saat menyerahkan hasil kajian kepada Kementerian Keuangan yang diwakili. Oleh Wakil Menteri Mardiasmo di Gedung Djuanda, Kemenkeu, Jakarta, Senin (24/10/2016).

"Semakin banyak orang Indonesia yang menikmati standar hidup yang lebih baik akibat kemajuan ekonomi dan sosial Indonesia yang menakjubkan. Masih terdapat banyak tantangan, tetapi pemerintah menuju ke arah yang tepat dengan mengurangi hambatan-hambatan berbisnis, memperbaiki lingkungan investasi, dan memotong subsidi."

Menurut Gurria, Indonesia telah menjalani transformasi yang luar biasa selama dua dekade terakhir serta mendapatkan manfaat dari pertumbuhan yang kuat yang berhasil mengangkat jutaan orang keluar dari kemiskinan dan memungkinkan kemajuan-kemajuan penting di bidang kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Tetapi rendahnya belanja publik dan pendapatan pajak mengurangi kualitas layanan sosial dan memperburuk kesenjangan infrastruktur.

OECD menemukan basis pajak Indonesia masih sempit dan kepatuhan masih lemah. Dari total 260 juta penduduk Indonesia, hanya 27 juta yang merupakan wajib pajak pada 2014 dan hanya 900.000 yang membayar kewajiban pajak. Peningkatan pendapatan penting untuk mendanai investasi dan program-program sosial. 

Jumlah wajib pajak juga harus ditingkatkan melalui perbaikan kepatuhan dan penarikan pajak yang lebih efisien.

"Pemerintah harus berbenah dari sisi pajak, karena masih ada wajib pajak yang tidak terdata," imbuhnya.

Efisiensi belanja publik juga harus diperbaiki. OECD menyimpulkan bahwa walaupun penghapusan sebagian subsidi bahan bakar minyak berhasil mendukung peningkatan belanja di bidang prioritas seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur, masih dibutuhkan tindakan lebih lanjut. 

Belanja untuk subsidi energi yang tidak efisien masih tinggi, yaitu sekitar 7% dari total belanja publik. Subsidi-subsidi seperti ini harus secara bertahap dihapuskan, diikuti dengan investasi pada energi terbarukan dan geothermal untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi.

OECD mencatat bahwa mutu tata kelola publik di Indonesia berada pada peringkat yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan kekuatan ekonomi baru (emerging economies) lainnya. Kebijakan pemerintah yang mentargetkan 20% belanja untuk sektor pendidikan dan 5% untuk sektor kesehatan harus diiringi dengan perbaikan kendali dan penganggaran berbasis kinerja untuk meningkatkan efisiensi.

"Masih ada beberapa tugas yang harus dijalankan pemerintah ke depannya. Terutama dalam sisi efektifitas belanja," ujarnya.

Untuk hambatan, Guria menuturkan korupsi masih menjadi penghalang utama berbisnis di Indonesia. OECD merekomendasikan untuk memberikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lebih banyak lagi sumber daya dan kewenangan, dan mendukung perluasan kegiatan pelatihannya ke daerah-daerah untuk membantu agar pemerintah daerah dapat mengidentifikasi dan menangani korupsi dengan lebih baik.

Desentralisasi berkembang dengan pesat di Indonesia dan pemerintah daerah pada saat ini melakukan sekitar setengah dari semua belanja publik. Tetapi, masih terdapat ketidakmerataan signifikan antar daerah.

OECD menyarankan untuk meningkatkan kapasitas teknis pemerintah daerah untuk memperbaiki belanja dan administrasi penganggaran dan meningkatkan sumber-sumber pendapatan. Untuk jangka pendek, OECD merekomendasikan bahwa hibah-hibah harus diarahkan pada bidang-bidang prioritas nasional.

Ketergantungan pada batubara yang terus berlanjut, konsumsi bahan bakar fosil yang tidak dikenai pajak dan buruknya penegakan hukum terhadap deforestasi dengan cara membakar hutan mengancam ekosistem Indonesia yang unik, memperparah polusi udara dan berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca, demikian ditambahkan oleh OECD.

"Jadi secara umum Indonesia bagus, meski dalam perlambatan," tandasnya.

Banjir Bandung. Mobil dan Motor Hilang

http://news.detik.com/read/2016/10/24/185302/3328285/486/begini-dahsyatnya-banjir-di-jalan-pagarsih-bandung-mobil-dan-motor-hilang
Bandung - Banjir parah melanda Jalan Pagarsih Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Senin (24/10/2016). Derasnya banjir sempat menyeret sejumlah kendaraan yang berada di pinggir jalan. Banjir berlangsung hampir satu jam lamanya.

Berdasarkan keterangan saksi, banjir berlangsung sekitar pukul 13.00 hingga pukul 14.00 WIB. Meski berlangsung tidak terlalu lama, namun banjir kali ini terbilang paling 'dahsyat' dibandingkan biasanya terjadi. Jalanan berubah menjadi sungai dengan aliran air yang deras.

"Ini banjir terparah yang pernah terjadi di sini (Pagarsih). Banjirnya deras sekali, mobil aja sampai hilang masuk selokan besar," kata Cepi Setiawan di lokasi kejadian.

Foto: Foto Warga/M Wildan Fadillah

Dahsyatnya banjir juga terekam ponsel pintar milik warga sekitar lokasi. Kepada detikcom, Muhammad Wildan Fadilah (21) memperlihatkan peristiwa banjir melalui video dan foto yang sengaja direkam dari ketinggian.

Dalam video tersebut memperlihatkan derasnya air yang menyeret sebuah mobil Grand Livina berwarna hitam. Mobil tersebut terseret mundur hingga menabrak sebuah motor Triseda, motor tiga roda pengangkit sampah. Kedua kendaraan itu sempat tertahan tembok pembatas selokan, namun hanya dalam hitungan menit, mobil dan motor yang mengangkut sampah itu masuk ke sebuah selokan besar di pinggir jalan. Sampah yang dibawa motor ikut berhamburan.

Foto: Foto Warga/M Wildan Fadillah

Tidak hanya video, foto-foto banjir di Pagarsih juga terlihat beberapa mobil dan gerobak dagangan warga yang terendam diterjang banjir. Namun tidak ada korban jiwa di kawasan ini.

Banjir Bandung

http://news.detik.com/read/2016/10/24/194423/3328333/486/hujan-besar-datang-saat-sungai-citepus-belum-dikeruk-bandung-banjir-parah

Bandung - Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Kota Bandung mengaku rutin mengeruk sungai Citepus yang melintasi Jalan Pasteur. Namun kali ini terlambat, banjir datang sebelum sungai dikeruk.

"Biasanya itu kan Pasteur kita pengerukan dalam dua minggu sekali. Minggu sekarang jadwal ngeruk. Tapi keburu hujar besar," ujar Kepala DBMP Kota Bandung, Iskandar Zulkarnaen, saat dihubungi melalui telepon, Senin (25/10/2016).

Ke depan pihaknya akan melakukan pengerukan satu minggu sekali di kawasan Pasteur. Sehingga aliran sungai lancar dan tidak menyebabkan banjir."Saat Sungai Citepus deras dan membawa banyak material dari atas memang menghambat aliran. Nanti sebagai antisipasi kita keruk satu minggu sekali," ujar pria yang karib disapa Zul tersebut.

Foto: Kiriman Pembaca (Heny Firdawati)

Hujan yang mengguyur Kota Bandung sejak siang membuat debit air Sungai Citepus meningkat. Tak hanya banjir di Jalan Pasteur saja, namun benteng sungai di samping SMAN 9 juga jebol. SMAN 9 sendiri letaknya sekitar 1 kilometer dari Jalan Raya Pasteur.

Tak hanya di Pasteur, luapan air Sungai Citepus juga menggenangi Jalan Pagarsih. Di mana sebuah mobil dan motor hanyut hilang terbawa arus. Hingga kini kedua kendaraan itu belum ditemukan.

Harga Cabai Naik...Hitung hitungan Petani

http://finance.detik.com/read/2016/10/24/162026/3328089/4/harga-cabai-tembus-rp-70000kg-begini-hitungan-petani

Jakarta - Harga cabai dalam beberapa hari belakangan ini sedang tinggi-tingginya. Di sejumlah pasar di Jakarta, harga cabai merah keriting dibanderol di atas Rp 70.000/kg. Padahal sebelumnya dijual Rp 40.000/kg.

Berdasarkan data harga cabai yang dikutip dari situsinfopangan.jakarta.go.id, harga tertinggi cabai keriting merah dan cabai merah besar Rp 70.000/kilogram (kg). Sedangkan harga tertinggi untuk cabai rawit merah danrawit hijau Rp 60.000/kg. 

Sekjen Asoasiasi Agrobisnis Cabai Indonesia (AACI), Abdul Hamid menjelaskan, harga cabai memang sudah sangat fluktuatif di tingkat petani jika musim hujan datang. Harganya akan semakin melonjak lebih tajam saat berada di pedagang perantara.

"Cabai mahal di kota karena petani memang lagi sangat sulit. Jumlah panen berkurang drastis, apalagi panen yang waktunya nggak pasti. Karena kurang, jatuhnya di beban ongkos panen dan transportasi," jelas Hamid kepada detikFinance, Senin (24/10/2016).

Dia mencontohkan, dalam lahan satu hektar siap panen sedianya bisa dipanen 4 ton dalam sehari, namun lantaran hujan hanya bisa dipetik 500 kg saja.

"Pas panen saya bayar 20 orang buat panen di lahan 1 hektar untuk sehari penuh. Karena lagi hujan terus, mereka kerja hanya 2 jam. Saya nggak bisa bayar untuk kerja 2 jam saja, tetap bayarnya untuk sehari," ucap Hamid.

"Kemudian karena hasilnya hanya 500 kilogram, sementara untuk kirim ke Jakarta pakai truk idealnya 4 ton. Jadi tekor lagi buat ongkos transportasi. Akhirnya harganya terpaksa kita naikkan," imbuhnya.

Selain itu, lanjut dia, faktor curah hujan yang terus menerus tersebut membuat produksi cabai berkurang dan cepat membusuk.

Dia menuturkan, saat ini harga semua jenis cabai di tingkat petani sudah di atas Rp 30.000/kg, dengan harga termahal Rp 40.000/kg untuk jenis cabai keriting merah.

"Paling mahal yang cabai keriting merah Rp 40.000/kg, kalau sampai Jakarta jadi 2 kali lipatnya. Kalau normal harga pantasnya di petani Rp 17.000-18.000/kg," ujar Hamid.

Dana Asing Masuk..IHSG ditutup naik

http://finance.detik.com/read/2016/10/24/163902/3328106/6/dana-asing-masuk-rp-11-t-ihsg-ditutup-naik-ke-5420

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan hari ini berakhir di zona hijau. Seharian ini, IHSG terus bergerak di teritori positif. Dana asing masuk tercatat Rp 1,110 triliun.

Pada perdagangan preopening, IHSG bergerak menguat 6,234 poin (0,12%) ke 5.415,477. Mengawali perdagangan pagi tadi, IHSG dibuka naik 2,667 poin (0,05%) ke 5.411,910.

Menutup perdagangan sesi I, IHSG bertambah 10,460 poin (0,19%) ke 5.419,703. Sementara indeks LQ45 ditutup menguat 0,282 poin (0,03%) ke 930.744.

Mengakhiri perdagangan Senin (24/10/2016), IHSG ditutup naik 11,755 poin (0,22%) ke 5.420,998. Sementara indeks LQ45 ditutup melemah 0,534 poin (0,06%) ke 929.928.

Tujuh sektor menguat, sementara 3 sektor lainnya melemah. Sektor agrikultur memimpin penguatan indeks sore ini sebesar 1,84% disusul sektor tambang sebesar 1,21%. Sementara sektor consumer goodsmencatatkan pelemahan tertinggi sebesar 0,57%.

Sebanyak 187 saham naik, 110 saham turun, dan 104 saham stagnan. Frekuensi saham ditransaksikan sebanyak 265.275 kali dengan total volume perdagangan sebanyak 11,881 miliar saham senilai Rp 9,993 triliun. 

Saham-saham yang masuk dalam jajaran top gainers di antaranya Astra Agro Lestari (AALI) naik 725 poin (4,97%) ke Rp 15.325, Tigaraksa Satria (TGKA) naik 490 poin (17,31%) ke Rp 3.320, Gudang Garam (GGRM) naik 400 poin (0,61%) ke Rp 65.875, dan Lippo Cikarang (LPCK) naik 275 poin (4,47%) ke Rp 6.425.

Sedangkan saham-saham yang masuk dalam jajaran toplosers di antaranya Indo Kordsa (BRAM) turun 675 poin (10,00%) ke Rp 6.075, Siloam International (SILO) turun 375 poin (3,50%) ke Rp 10.325, Matahari Department Store (LPPF) turun 250 poin (1,30%) ke Rp 19.000, Mandom Indonesia (TCID) turun 250 poin (1,89%) ke Rp 13.000.

Sementara di pasar uang, dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap rupiah. Berdasarkan data perdagangan Reuters, dolar AS sore ini bergerak di Rp 13.011 dibandingkan posisi pembukaan pagi tadi di Rp 13.040.

Berikut kondisi bursa saham Asia sore ini:
Indeks Nikkei 225 naik 49,83 poin (0,29%) ke 17.234,42Indeks Hang Seng turun 94,98 poin (0,41%) ke 23.279,42Indeks SSE Composite naik 37,31 poin (1,21%) ke 3.128,25Indeks Straits Times naik 25,16 poin (0,89%) ke 2.856,22

Pasteur Banjir

Bandung - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil tengah dalam perjalanan menuju Bandung usai lawatannya ke Belanda sejak Kamis lalu (20/10/2016) . Meski tidak berada di Bandung, Emil panggilan akrab Ridwan Kamil memberikan informasi melalui akun resmi twitternya. Ia meminta maaf karena sejumlah kawasan seperti Jalan Pasteur, banjir.

"Hindari Jln pasteur sdg banjir. tim @dbmpkotabdg sdh di TKP. Insya Allah sdg siap2 dipasang Tol Air spt Gedebage yg skg tdk banjir. Mhn Maaf," twitnya tiga jam lalu, Senin (24/10/2016).

Jalan Gedebage memang menjadi salahsatu jalanan yang biasa banjir saat hujan besar mengguyur Kota Bandung. Namun sejak dibangun tol air, kini jarang dilaporkan Gedebage banjir. Ia pun memposting foto dari anak buahnya yang memperlihatkan konsisi Gedebage saat hujan besar tadi.

"Kondisi barusan jln Gedebage yg langganan banjir stlh dipasang Tol Air bulan lalu. Insya Allah jl Pasteur, Pagarsih menyusul dlm waktu dekat," kicau Emil.

Ia juga meretweet akun DBMP Kota Bandung yang memposting sejumlah foto tim unit reaksi Cepat (URC) Bojonegara yang tengah membersihkan sisa-sisa lumpur di Pasteur yang kini sudah surut.

Pantauan detik di lapangan, kondisi banjir di Pasteur memang kini sudah surut. Jalan kembali bisa dilalui. Tumpukan sampah terlihat di mana-mana.

Www.detik.com

Aksi Nyentrik Agus Yudhoyono: Lompat Moshing hingga Goyang Maumere

akarta - Bakal Cagub DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono ingin kedekatan dengan para pendukungnya tanpa batas. Dia bahkan melakukan aksi yang tidak terduga-duga untuk memompa semangat pendukung setianya.

Agus roadshow keliling penjuru Jakarta untuk menyapa para pendukungnya. Putra sulung mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini terus menggali beragam permasalahan warga Jakarta. Dia juga dengan tangan terbuka menampung keluh kesah warga yang merasa terpinggirkan.

Agus punya cara tersendiri demi memompa semangat para pendukung yang tetap setia bersamanya meski diguyur hujan dan panas terik. 

Terbaru, Agus melakukan lompat dari atas panggung atau istilah kerennya moshing saat bersilaturahmi dengan gabungan kelompok mayarakat di Stadion Tugu Jakarta Utara. Saat itu suasana hujan deras. Agus melompat dan langsung ditangkap. Aksi Agus disambut relawan yang semakin keras menyanyikan yel-yelnya. 

Selain itu, Agus pun luwes saat menarikan Goyang Maumere hingga belajar membatik bersama para pendukungnya.

http://news.detik.com/berita/d-3327574/aksi-nyentrik-agus-yudhoyono-lompat-moshing-hingga-goyang-maumere

Saling Salip Elektabilitas Cagub DKI Jelang Penetapan KPU

Jakarta - Persaingan 3 pasangan bakal cagub dan cawagub DKI semakin sengit jelang penetapan oleh KPU DKI sore ini. Elektabilitas Ahok-Djarot, Agus-Sylvi, dan Anies-Sandi saling menyalip dan membuka banyak kemungkinan. 

Sejak pendaftaran ke KPU, beberapa lembaga survei telah merilis elektabilitas 3 pasangan. Dari semua survei tersebut, pasangan Ahok-Djarot masih selalu di peringkat teratas namun tidak ada yang mencapai 50%. Ada pula survei yang menunjukkan bahwa elektabilitas pasangan petahana tersebut justru menurun. 

Pasangan Anies-Sandi lalu menyusul di bawah Ahok-Djarot. Namun, elektabilitas pasangan Agus-Sylvi yang belasan persen terus mengintai. Di Survei Saiful Mujani Research Consulting (SMRC), elektabilitas Agus-Sylvi bahkan menyalip Anies-Sandi. 

Berikut adalah hasil sejumlah survei Pilgub DKI 2017 dalam memetakan elektabilitas cagub-cawagub DKI jelang penetapan:

Survei LSI Denny JA

Ahok-Djarot: 31,4%
Anies-Sandiaga: 21,1%
Agus-Sylvi: 19,3%
Belum menentukan pilihan: 28,2%

Survei Median

Ahok-Djarot: 34,2%
Anies-Sandiaga: 25,4%
Agus-Sylvi: 21%
Belum menentukan pilihan: 19,4%

Survei Polmark

Ahok-Djarot: 31,9%
Anies-Sandiaga: 23,2%
Agus-Sylviana: 16,7%
Belum menentukan pilihan: 28,2%

Survei Populi

Ahok-Djarot: 45,5%
Anies-Sandiaga: 23,5%
Agus-Sylviana: 15,8%
Belum menentukan pilihan: 12,5%

Survei Saiful Mujani Research Consulting (SMRC)

Ahok-Djarot: 45,4%
Agus-Sylvi: 22,4%
Anies-Sandiaga: 20,7%.
Belum menentukan pilihan: 11,6%. 

Survei Skala Survei Indonesia (SSI)

Ahok-Djarot: 33,8%
Agus-Sylvi: 19,6% 
Anies-Sandiaga: 18,8%
Belum menentukan pilihan: 27,9%

http://news.detik.com/berita/d-3327700/saling-salip-elektabilitas-cagub-dki-jelang-penetapan-kpu